Penantian sepuluh tahun. Itulah hal yang terlintas ketika game ini akhirnya keluar. Aku ingat sekali ketika potongan video klip dirilis tahun 2006 dan diperkenalkan sebagai Final Fantasy XIII Versus membuatku sangat bersemangat. Aku memainkan game ini dari seri ke-7, 8, 9, 10,10-2, 12. Aku tidak memainkan seri ke-11 karena itu dibuat sebagai game online. Dan harus ku akui bahwa game Final Fantasy-lah yang membuatku jatuh cinta pada dunia storytelling. Bagaimana mereka bisa menciptakan dunia dan karakter-karakter serta konflik-konflik di dalamnya. Jadi ketika serial selanjutnya diperkenalkan membuatku sangat bersemangat. Dan tidak tanggung-tanggung, mereka berencana merilis tiga instalment sekaligus pada saat itu yaitu Final Fantasy XIII, XIII Versus dan XIII Agito.
Namun aku harus kecewa karena pada saat itu Square, selaku developer Final Fantasy, memutuskan untuk lebih mengembangkan Final Fantasy XIII (FF13), yang memang sebenarnya dijadikan sebagai instalment utama kelanjutan serial Final Fantasy. Kekecewaanku tidak berakhir di situ karena Final Fantasy XIII tampil begitu buruk dan mendapatkan banyak kritikan dari banyak fansnya. Aku sendiri hanya memainkan sekitar 20% saja dari game ini dan memutuskan untuk tidak melanjutkannya karena sangat buruk. Berita buruk berikutnya adalah tertundanya pengembangan Final Fantasy XIII Versus tersebut bahkan sampai di cancel karena berbagai sebab. Bukannya memfokuskan untuk menyelesaikan pengembangan game yang sudah dinantikan tersebut, Square malah memutuskan membuat sequel dari FF13, dan tidak tanggung-tanggung, dua sequel di persiapkan yaitu FF13-2 dan FF13-3 Lightning Returns. Beberapa fans menjerit mengapa Square memutuskan mengembangkan sequel dari serial FF yang dianggap terburuk dan justru tidak mengembangkan FF13 Versus.
Dan akhirnya penantian tersebut terjawab ketika FF13 Versus dilanjutkan pengembangannya dan akhirnya resmi dirilis sebagai Final Fantasy XV. Berbagai hype muncul kembali, Square dengan percaya diri meyakinkan bahwa serial ini adalah serial yang akan jauh lebih baik daripada Final Fantasy VII (yang dianggap sebagai serial Final Fantasy terbaik yang pernah ada). Sepuluh juta kopi dijadikan target penjualan Square, bahkan mereka merilis film prequel sebelum gamenya di rilis yaitu Final Fantasy XV : Kingsglaive yang diisi para pengisi suara aktor dan artis terkenal. Sebuah anime juga di rilis yang berjudul Final Fantasy XV : Brotherhood, seakan-akan menegaskan betapa luasnya dunia dan konflik game ini sehingga Square merasa harus merilis berbagai media untuk menjelaskan konflik dan dunianya. Dan akhirnya tanggal yang ditunggu tersebut pun tiba, 29 November 2016, Final Fantasy XV resmi dirilis setelah sepuluh tahun. Square mengumumkan bahwa mereka berhasil menjual lima juta kopi, 50% dari target mereka sudah tercapai, termasuk juga saya sebagai pembeli di hari pertama.
Dan harus ku akui, Square membayar penantian sepuluh tahun tersebut setidaknya dari sisi gameplay. Mekanisme gameplaynya lebih dinamis ketimbang Final Fantasy XIII. Di sini kita mengendalikan Noctis yang memiliki kemampuan mirip dengan Gilgamesh di anime Fate Stay Night dengan Unlimited Blade Worksnya. Kita bisa mengendalikan hingga empat senjata sekaligus dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Sword sebagai senjata yang seimbang antara kecepatan dan kekuatan, two handed sword yang memiliki kekuatan lebih besar namun membutuhkan waktu untuk mengayunkannya atau dagger yang bisa memberikan combo lebih banyak karena kecepatannya namun dengan damage yang lebih kecil. Selain itu, Noctis juga bisa mengendalikan pistol, tombak perisai dan magic. Jadi kita bisa bebas mengkustomisasi senjata apa yang ingin kita gunakan.
Noctis juga memiliki kemampuan untuk warp strike dimana ia akan melemparkan pedangnya ke arah musuh dan berteleportasi ke arah pedang tersebut. Sebuah teknik yang pertama kali aku lihat di film Final Fantasy VII : Advent Children. Dan ketika cerita berlanjut, Noctis akan mendapatkan beberapa senjata kerajaan yang memberikan status dan attack power luar biasa namun mengorbankan HP ketika menggunakannya. Ia akan mendapatkan skill Magister Strike. Akhirnya aku bisa merasakan menjadi Gilgamesh dengan teknik unlimited blade works. Ini adalah sebuah skill yang menyerupai limit di FF7,8 dan overdrive di FF10. Ketiga teman Noctis juga memiliki teknik sendiri-sendiri.
Magic lebih terbatas di sini karena hanya memiliki tiga elemen yaitu Fire, Blizzard dan Thunder. Jadi tidak ada magic-magic seperti Cure, Esuna, atau Holy di sini. Namun kita bisa melakukan crafting magic dan menggabungkannya dengan item-item tertentu untuk menciptakan multiple effect dari magic tersebut, misalnya ketika kita menggabungkan Fire dengan potion maka kita akan menciptakan healcast yaitu serangan magic fire dan sekaligus menyembuhkan HP casternya. Kombinasikan dengan item yang tepat maka kita bisa menciptakan magic mematikan seperti Flare dengan break damage limit.
Konsep open world menjadikan magic sedikit lebih tricky di sini, karena selain melukai musuh, magic yang kita keluarkan juga bisa melukai teman kita sendiri meskipun damage yang dihasilkan tidak seberapa karena magic tersebut merusak lingkungan sekitar. Jadi ketika kita menyerang menggunakan Fire maka lingkungan sekitarnya akan terbakar, atau rawa-rawa yang membeku ketika kita menggunakan Blizzard. Magic pun menjadi salah satu serangan andalanku ketika menghadapi musuh yang memiliki serangan jarak dekat mematikan seperti Tonberry.
Summon menjadi salah satu hal yang sedikit mengecewakan bagiku. Karena dari enam summon yang ada, hanya empat yang bisa dipakai dan kita tidak bisa menggunakan summon sesuka hati kita seperti Final Fantasy sebelumnya. Summon di sini berkaitan dengan cerita utama dan digambarkan sebagai dewa (God). Jadi kita tidak bisa sesuka hati kita memanggil dewa-dewa tersebut untuk membantu kita dalam pertarungan. Summon tersebut hanya dapat dipanggil dalam keadaan tertentu yang biasanya ketika kita sedang kesulitan. Contohnya, Ramuh hanya bisa dipanggil apabila pertarungan dirasa sudah terlalu lama, Shiva hanya bisa dipanggil apabila ada karakter kita yang tewas dan Noctis dalam keadaan sekarat (danger) meskipun kadang tidak selalu seperti itu. Sebagai gantinya, kita jadi lebih menghargai keberadaan summon tersebut dan betapa leganya ketika perintah summon muncul di layar kaca kita ketika kita sedang berusaha menyelesaikan pertarungan. Serangan para summon tersebut cukup mematikan sehingga disebut sebagai Divine Intervention, dan biasanya akan langsung mengakhiri pertempuran kecual lawan yang kita hadapi memiliki HP yang cukup tinggi. Aku ingat ketika aku sedang berburu salah satu senjata legenda dan mengharuskan menghadapi boss level 120!! Betapa leganya aku ketika perintah summon keluar dan Leviathan datang membantu, meskipun tidak langsung membunuh boss tersebut namun Leviathan mampu mengurangi setengah HP-nya. Atau juga betapa frustasinya aku ketika dalam sebuah dungeon mengharuskan aku menghadapi salah satu musuh paling menyebalkan dalam sejarah FF yaitu Bomb. Tiga karakterku tewas, dan Noctis hanya menyisakan sekitar 700 HP dari 6000 HP yang aku miliki. Aku hampir game over namun perintah summon tidak juga muncul.
Konsep open world diperkenalkan dalam serial ini, berbagai macam side quest dan dungeon tersembunyi siap kita jelajahi. Namun salah satu resiko dari open world dalam RPG adalah kita bertemu musuh yang belum waktunya kita hadapi. Aku ingat ketika aku baru level 8 tidak sengaja menemukan dungeon dan ketika menjelajahinya menemukan boss level 51 yang serangan biasanya memberikan damage 9999 kepadaku.
Selain itu Square juga menyediakan konsep Ascension Grid, mirip Sphere Grid di FF10 yang memberikanmu pilihan tentang bagaimana kau ingin meningkatkan kemampuan dan status karaktermu. Selain itu, beberapa mini game juga disediakan seperti fishing, cooking, dan monster arena. Konsep siang malam juga digunakan dalam RPG ini sehingga musuh yang muncul pada malam hari jauh lebih kuat dibandingkan musuh yang muncul pada siang hari.
Secara gameplay, FFXV sangat memuaskan bagiku. Lalu bagaimana dengan story-nya? Story adalah salah satu kelemahan dalam serial FF kali ini. Sesungguhnya aku rasa mereka memiliki ide cerita yang menarik, namun sayangnya eksekusi dan cara penceritaannya buruk. Aku hampir tidak mengerti jalan cerita dari game ini, aku juga tidak terlalu peduli terhadap beberapa karakter penting dan motivasi karakter antagonisnya tidak jelas. Beberapa bagian seperti ditulis terburu-buru dan memberikan banyak pertanyaan. Aku baru mengerti cerita utama ini setelah aku mencarinya di internet, jadi aku akan mencoba menceritakannya di sini.
Akan ada banyak spoiler, jadi bagi kalian yang belum memainkan gamenya dan ingin mencoba memahami sendiri alur cerita gamenya disarankan untuk tidak membacanya. Meskipun mungkin dengan mengetahui beberapa hal akan membuatmu jauh lebih memahami dunia FFXV.
SPOILER ALERT!! (diambil dari berbagai sumber dan gamenya sendiri)
Enam dewa (summon) yang dikenal sebagai The Six Astrals turun dari langit dan menciptakan dunia yang bernama Eos dan kemudian terbentuklah peradapan manusia dan kerajaan. Tetapi salah satu dari enam dewa tersebut, Ifrit, membenci kaum manusia dan menyebarkan sebuah penyakit bernama Starscourge yang mengubah manusia menjadi daemon (monster).
Untuk memerangi penyakit tersebut, para dewa lainnya memberikan manusia sebuah kristal, yang dengan cahayanya akan menahan kekuatan kegelapan tersebut. Dan bersamaan dengan hal itu, para dewa tersebut juga memilih dua orang yang dijadikan sebagai pemimpin untuk membawa manusia memerangi Starscourge. Mereka adalah keluarga Fleuret sebagai Oracle dan keluarga Lucis Caelum sebagai pelindung kristal yang juga dibekali dengan cincin yang bernama Ring of Lucii. Generasi pertama dari Lucis Caelum ini berhasil menjalankan tugasnya dan melindungi dunia dari kegelapan dengan menyerap penyakit tersebut dari orang-orang yang terjangkiti. Penyakit tersebut mengingatkanku kepada penyakit yang ada di film FF7 Advent Children.
Beberapa tahun berlalu, empat kerajaan pun berdiri yaitu kerajaan Lucis, Tenebrae, Accordo dan Niflheim. Apabila kita menonton Kingsglaive maka kita tahu bahwa kerajaan Niflheim menyerang kerajaan Tenebrae, sebuah kerajaan dimana yang menjadi tempat tinggal dari Lunafreya Nox Fleuret. Lunafreya ditahan dan dijadikan sandera oleh Nifleheim. Dan ketika Nifleheim menawarkan perjanjian damai dengan Lucis dengan mengutus salah satu chancellornya bernama Ardyn Izunia, mereka menawarkan agar pangeran Lucis yaitu Noctis agar menikah dengan Lunafreya yang juga merupakan temannya sejak kecil.
Namun ternyata Niflheim punya rencana lain dan seperti yang kita saksikan dalam filmnya, mereka menyerang Lucis, membunuh ayah Noctis dan berusaha menguasai kristal. Lunafreya melarikan diri ke Altissia dengan membawa Ring of Lucii yang dititipkan oleh ayah Noctis kepadanya untuk diberikan kepada Noctis dan Noctis berhasil dilarikan sebelum peperangan terjadi. Dan di sinilah menjadi awal mula permainan Final Fantasy XV ini. Noctis sedang dalam perjalanan ke Altissia untuk menjalankan tugasnya sebagai pangeran Lucis dan menikah dengan teman masa kecilnya, Lunafreya.
Dalam perjalanannya, Noctis mendapatkan kabar bahwa Insomnia, ibukota dari Lucis di serang oleh Niflheim dan membunuh Luna dan ayahnya. Noctis memutuskan untuk kembali namun mendapati bahwa jalur ke arah sana sudah di tutup oleh pasukan Niflheim. Noctis bertemu dengan salah satu pasukan Kingsglaive bernama Cor dan mengkonfirmasi kematian ayahnya. Cor juga menunjukan Noctis untuk menjadi penerus ayahnya maka ia harus mengumpulkan senjata para raja terdahulu. Dan saat itu dimulailah perjalanan Noctis mengunjungi beberapa dungeon untuk mendapatkan seluruh senjata tersebut. Dalam misinya tersebut juga ia bertemu dengan Ardyn yang sebelumnya menjadi utusan Niflheim dalam perjanjian damai dengan Lucis dan membantu Noctis menemukan beberapa dewa yang tersembunyi dan mengalahkannya untuk mendapatkan bantuan dewa tersebut sebagai summon.
Sepanjang perjalanan, Noctis mengetahui bahwa kristal yang sebelumnya dilindungi oleh keluarganya ternyata digunakan untuk membuat tentara dari daemon. Noctis pada akhirnya berhasil menemukan cara pergi ke Altissia dan bertemu dengan Lunafreya. Luna sebagai Oracle dari keluarga Fleuret harus menjalankan tugasnya berkomunikasi dengan para dewa agar mereka mau membantu Noctis. Dan ketika Luna memanggil Leviathan, Altissia diserang oleh Niflheim, membuat kekacauan dan sang naga menolak membantu Noctis. Noctis bersusah payah menghadapi amukan Leviathan ketika Ardyn tiba dan membunuh Lunafreya. Dengan sisa kekuatannya, Luna memberikan kekuatan tambahan kepada Noctis untuk menghentikan Leviathan. Noctis berhasil mengalahkan Leviatahan namun membuat kota tersebut hanyut oleh serangan naga air tersebut membuat Luna hanyut dan mati.
Noctis dan rekannya melanjutkan perjalanan, mereka memutuskan untuk mencari kristal dan pada akhirnya berhasil menemukannya. Namun mereka dikepung oleh banyak Daemon, dan ketiga rekannya meminta Noctis untuk meninggalkan mereka dan segera mencari kristal tersebut. Ketika menemukan kristal tersebut dengan harapan mendapatkan kekuatan untuk membantu ketiga temannya, Noctis justru bertemu dengan Ardyn dan mengatakan bahwa nama aslinya adalah Ardyn Lucis Caelum, dia adalah generasi pertama dari Lucis Caelum yang sebelumnya dipilih oleh para dewa untuk menyelamatkan manusia dari Starscourge. Namun karena ia terlalu banyak menyerap daemon ke dalam tubuhnya membuat dirinya hidup abadi dan penuh dengan kegelapan sehingga para dewa meninggalkannya dan memilih raja yang lain. Noctis terserap ke dalam kristal dan bertemu dengan Bahamut, dari situ ia menemukan bahwa ia adalah yang terpilih dan takdirnya sebagai True King adalah untuk membunuh Ardyn dan membasmi seluruh daemon dari dunia dengan mengorbankan nyawanya sendiri.
Sesungguhnya ide ceritanya menarik, namun penceritaannya yang buruk. Informasi mengenai karater villain dalam hal ini, Ardyn sangat sedikit. Ketika ia memberi tahu bahwa ia adalah Ardyn Lucis Caelum, aku tidak tahu siapa dia, apakah dia ternyata adalah kakak dari Noctis atau raja sebelum ayah Noctis. Motivasi Ardyn tidak jelas, tidak diceritakan mengapa ia membantu Noctis di awal dan kemudian berusaha membunuhnya? Apa yang membuatnya menjadi villain? Backstory yang kurang jelas membuatku kurang simpati terhadap karater ini. Yang aku tahu hanyalah ketika Bahamut menjelaskan kepada Noctis bahwa Ardyn adalah acursed dan hanya Noctis yang bisa membunuhnya. Seluruh informasi baru aku dapatkan dari internet. Memang sulit menciptakan karakter villain se-epic Sephiroth dari FF7.
Selama perjalanan, Noctis juga ditemani oleh tiga orang temannya yaitu Glaidolus, Ignis dan Prompto. Tidak dijelaskan juga siapa mereka bertiga ini, yang aku tahu adalah mereka seperti pengawal pangeran Noctis. Tidak seperti FF sebelumnya yang selalu memberikan kita adegan untuk menjelajahi masa lalu dan tempat tinggal setiap karakternya untuk membuat perkembangan karakter, kali ini aku tidak mendapati itu sehingga mereka bertiga terasa seperti karakter numpang lewat.
Lunafreya. Karakter ini lebih tidak terasa lagi perannya. Ia hanya muncul sepotong dalam kenangan masa lalu dan ketika Noctis berhadapan dengan Titan. Sebagai Oracle ia juga berperan menyerap penyakit Starscourge dari orang-orang yang terjangkiti. Dan setelah kematiannya, kita baru mengetahui bahwa dengan menyerap penyakit tersebut membuat tubuhnya rentan dan akan mati tidak lama lagi. Aku tidak tahu apa yang Square harapkan ketika membunuh karakter ini, apakah ia berharap kita akan menangis dan sedih seperti ketika Sephiroth membunuh Aerith? Permasalahannya adalah aku tidak peduli terhadap karakter ini. Jadi ketika ia mati pun aku tidak merasakan apa-apa. Tidak ada element of surprise, sedih ataupun marah. Selain itu sebagai calon istri Noctis pun ia tidak terlihat memiliki chemistry sehebat Tidus dan Yuna dari FF10. Aku melihatnya lebih sebagai kakak adik dengan Noctis karena Lunafreya empat tahun lebih tua dari Noctis. Penggambaran karakter ini sangat buruk. Ia juga memiliki kakak bernama Ravus Nox Fleuret. Karakter ini juga sama tidak jelasnya apakah ia karakter baik atau jahat. Di Kingsglaive ia terlihat berusaha mencuri Ring of Lucii, dan di game pun dia juga sempat ingin membunuh Noctis. Namun ketika bersama dengan Luna, ia justru mendukung Luna untuk menyerahkan Ring of Lucii kepada Noctis. Pada akhirnya karakter ini tewas terbunuh OFF SCREEN. Jadi kita tidak tahu apa yang terjadi kepadanya dan tiba-tiba mendapati mayatnya tergeletak dan kita mendapatkan senjata royal arms terakhir.
Dan ketika Noctis terhisap oleh Kristal, Bahamut memberi pertanyaan kepadanya apakah ia siap mengorbankan nyawanya untuk memenuhi takdirnya dan menyelamatkan dunia dari daemon. Noctis tidak menjawab dan tiba-tiba adegan berubah ke sepuluh tahun kemudian dimana Noctis terdampar di sebuah pulau. WHAT THE HELL?? Aku sempat berpikir adegan sepuluh tahun kemudian ini adalah mimpi yang sedang dijalani ketika ia terperangkap di dalam Kristal, namun ternyata aku salah Jadi bagaimana Noctis keluar dari Kristal? Dan apa yang dia lakukan selama sepuluh tahun? Karena Daemon menjadi semakin merajalela.
Semenjak Squaresoft berubah menjadi SquareEnix, kualitas Final Fantasy semakin menurun. Final Fantasy 10 menjadi serial FF terakhir yang diciptakan oleh Squaresoft dan memiliki alur cerita yang luar biasa bagiku. Baik itu dari sisi tema, konflik, pengembangan karakter dan unsur romancenya. Dan apabila Square berharap bahwa FF 15 ini lebih baik daripada FF7, mereka harus berpikir ulang. Untungnya hal ini masih tertolong dengan gameplay yang menarik sehingga aku masih bisa menikmati sidequestnya.
Final Fantasy XV : It Could Be Better
Reviewed by Steven
on
December 15, 2016
Rating:
Bro ini bener banget.. gua ga nyambung ama ceritanya.. beli ps 4 cuma supaya bisa maenin noctis yg banyak senjatanya.. eh jalan cerita nya ga nyambung dan cacat..entah apa yg mereka harapin..kacau..penggabungan dengan enix cuma bagusin grafis doang..kacau dan kecewa berat..untung dulu ga beli ps3
ReplyDelete