Recent Posts

Anime, Manga, Otaku and How It Can Change Your Life



Sama seperti industri film, industri anime dan manga pun mulai mengalami perubahan dalam sisi cerita. Tidak ada lagi dunia hitam dan putih, kebaikan vs kejahatan. Yang ada sekarang adalah pertarungan ideologi, filosofi dan karakter yang disebabkan oleh masa lalu masing-masing. Aku sudah jatuh cinta pada manga/komik sejak aku SD, dan tambah jatuh cinta lagi ketika aku SMP. Aku ingat setiap minggu aku bisa membeli lima buah komik yang membuat kedua orang tuaku marah-marah karena merasa komik tidak ada gunanya dan hanya menghabiskan uang saja. Tapi apakah benar bahwa komik dan anime yang masih dipandang sebagai film kartun yang dianggap tontonan anak kecil itu tidak berguna? 

Komik pertama yang aku baca saat itu adalah Dragon Ball. Bagi anak lelaki sepertiku, tokoh dalam Dragon Ball adalah idolaku yang memiliki kekuatan super dan pertarungan-pertarungan sengit di dalamnya. Dragon Ball jugalah yang melatih kemampuan menggambarku karena aku menghabiskan banyak waktu mencoba menggambar tokoh-tokoh keren dalam komik itu. Dragon Ball mengajarkan bahwa kau harus berlatih untuk bisa menjadi lebih kuat. Meskipun kau tidak memiliki bakat sama sekali namun hal tersebut bisa ditutupi oleh latihan yang keras. Lalu ada komik Detektif Conan, sebuah komik detektif yang sangat populer saat itu yang mengandalkan kecerdasan otak. Conan lah yang mempertemukan aku dengan Sherlock Holmes. Aku masih ingat bagaimana sulitnya mencari novel Holmes saat itu. Namun sekarang novel Sherlock Holmes memiliki rak sendiri di hampir setiap toko buku Gramedia. Komik ini mengajarkan sangat banyak mulai dari persahabatan, kejelian, kecerdasan dsb. Aku bahkan sering menganggap diriku sebagai detektif dan Matematika sebagai sebuah kasus yang harus aku pecahkan. Kemudian aku dipertemukan dengan komik Harlem Beat, yang mempertemukanku dengan dunia basket. Meskipun Slam Dunk adalah komik bertemakan basket terbaik yang pernah ada, namun pada saat itu Slam Dunk belum diterbitkan di Indonesia. Melalui komik itu aku mulai berlatih basket, mencintainya dan terpilih sebagai tim inti regu basket sekolah, dalam beberapa kesempatan bahkan aku beberapa kali dianggap sebagai kapten tim. Perasaan terbaik dalam hidupku pada saat itu ketika aku tahu rekan setimku mempercayaiku dan berharap kepadaku dan pertama kalinya dalam hidupku aku mempunyai kepercayaan diri yang tinggi melakukan apa yang aku yakin bisa aku lakukan. 

Seiring perkembangan zaman, aku makin mencintai anime dan manga. Aku mulai belajar bahasa Jepang sendiri, dan menghabiskan waktu berjam-jam menonton dan membaca komik. Sebuah hobi yang aku yakin aku tularkan kepada adikku sendiri dan lihat kemana hal tersebut membawanya. Ia sekarang sedang melanjutkan studi di Jepang, ia sudah cukup lancar berbahasa Jepang, pasif maupun aktif sebelum berangkat ke Jepang tanpa les sekalipun. Semua hal tersebut didapatkan hanya berdasarkan kecintaannya kepada anime dan manga yang mungkin bisa mengkategorikannya sebagai Otaku. 

Aku sempat sedikit vakum membaca komik dan menonton anime ketika memasuki kuliah. Hal itu dikarenakan aku mulai lebih banyak menonton film-film bioskop dan film-film serial barat yang menurutku lebih bisa menggambarkan kehidupan sehari-hari. Meskipun memang aku masih menonton beberapa anime rekomendasi adikku. Sampai beberapa hari yang lalu aku menonton lagi anime Bakuman. Sebuah anime yang menceritakan perjalanan seorang mangaka mulai dari proses pembuatan komik sampai komik tersebut berhasil diterbitkan. Apabila memang dinilai layak untuk diterbitkan. Anime tersebut me-refresh lagi diriku. Membuatku teringat bagaimana memiliki mimpi dan bekerja keras mewujudkannya. Dan sedikit membuatku iri bagaimana seorang anak SMA sudah memiliki cita-cita tinggi menjadi mangaka dan bekerja keras mewujudkannya. Sebagian dalam diriku merasakan sedikit penyesalan. Penyesalan mengenai mengapa aku tidak bisa mengetahui apa yang aku impikan lebih awal, dan mengapa aku tidak berusaha mewujudkannya. Dan jawabannya sangat mudah. Aku tidak mendapatkan dukungan dan informasi yang cukup. Ketika aku masih bersekolah, daerah tempat tinggalku tidak memiliki akses informasi seluas sekarang, aku juga tidak mendapatkan pengarahan yang cukup. 

Aku rasa ini pelajaran berharga bagi setiap orang tua. Kau tidak bisa mengharapkan anakmu memiliki impian dan bekerja keras mewujudkannya apabila kau tidak memiliki mimpimu sendiri dan mengejarnya. Bagaimana kau akan mengajarkan anakmu menciptakan mimpinya apabila kau tidak tahu cara menciptakan mimpimu sendiri. Aku belum punya anak dan aku tidak tahu bagaimana cara membesarkan anak. Namun hal yang aku tahu adalah ketika anakmu lahir, terkadang orang tua akan bermimpi anakmu menjadi orang yang sukses. Aku tidak tahu definisi sukses bagi orang tua itu apa namun pada umumnya adalah sekolah yang pintar, dan bekerja dan memiliki penghasilan yang cukup untuk menghidupi diri sendiri. Tidak ada yang salah dalam hal tersebut, hanya saja apabila aku mempunyai anak, aku juga akan mengajarkan kepadanya bagaimana cara agar sang anak menciptakan impiannya, dan mendukungnya dalam mewujudkannya. Satu hal yang tidak aku dapatkan dalam hidupku dan harus melalui perjuanganku sendiri. Oleh karena itu aku sangat suka dengan cara Deddy Corbuzier membesarkan anaknya. Mungkin bagi para orang tua di sana, saat ini anime dan manga adalah salah satu media yang paling mudah bagi mereka untuk bisa masuk ke dalam dunia anak mereka untuk membimbingnya, menunjukan pesan-pesan yang disampaikan dari anime dan manga tersebut dan mengajarkan moral serta kebiasaan melalui dunia sang anak itu sendiri. Sebuah pesan yang aku yakin akan lebih mudah ditangkap oleh sang anak. 


Anime, Manga, Otaku and How It Can Change Your Life Anime, Manga, Otaku and How It Can Change Your Life Reviewed by Steven on January 12, 2016 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.