Recent Posts

Antologi Rasa : by Ika Natassa



Tiga sahabat. Satu pertanyaan. What if in the person that you love, you find a best friend instead of a lover? 
Another book by Ika Natassa. Awalnya aku tertarik dengan buku ini karena katanya buku ini akan dibuatkan filmnya. Jadi kemudian aku mengambil buku ini dari rak – rak di Gramedia dan membaca bagian sinopsisnya. Satu kalimat di atas sudah cukup memberikan gambaran mengenai isi cerita novel ini. Dan yang cukup membuat aku kagetnya lagi adalah, harga buku ini Rp. 120,000. Untuk ukuran buku lokal, harga tersebut sangat tidak wajar. Rata – rata buku novel bahasa Indonesia palingan seharga 85,000. Namun pada akhirnya aku tetap membelinya, and it’s worth it. Seharusnya aku membaca buku ini dulu sebelum membaca Critical Eleven. Karena karakter di buku ini hadir di Critical Eleven meskipun bukan pemeran utama. 
Cerita yang diangkat sebenarnya cerita klasik cinta segitiga namun diceritakan dengan sudut pandang yang bergantian. I love story from first person point of view. Dan Ika menggunakannya secara bergantian untuk setiap karakternya. 

Ada Keara, si tokoh utama karakter ini. Di sini ia digambarkan sebagai seorang party girl yang cantik dan populer, seorang cewek metropolitan yang doyan shopping, clubbing dan kehidupan heteroseksual lainnya. Meskipun ia digambarkan sebagai seorang cewek dengan kehidupan glamor namun sebenarnya ia tetap cewek normal pada umumnya. Bekerja di sebuah Bank dan jatuh cinta sama salah satu teman kantornya Ruly. Ia memendam perasaan tersebut selama tiga tahun lamanya. 

Ruly, cowok yang ditaksir oleh Keara. Di sini ia digambarkan sebagai cowok sederhana yang sedikit kaku. Ia berkebalikan dengan Keara, apabila Keara suka lagu – lagu modern seperti John Mayer dll, Ruly lebih menyukai jenis musik yang disebut Keara sebagai ‘band murahan bernada ke-Malaysia-Malaysia-an’. Tipikal cowok yang lebih merakyat. 

Harris, sahabat dekat Keara dan Ruly, yang jatuh cinta kepada Keara. Di sini ia digambarkan sebagai seorang ladies man. Seorang player yang dengan gampangnya membuat cewek klepek-klepek sampai bisa diajak tidur bareng. Dan hanya Keara yang gak mempan jurus – jurusnya si Harris ini yang akhirnya membuat mereka menjadi sahabat dekat. Ia tahu Keara jatuh cinta kepada Ruly sehingga ia hanya memendam perasaannya dan berusaha selalu dekat dengan Keara sebagai sahabat. 

Pada awalnya, konfliknya sudah mulai kelihatan. Namun semakin lama jadi semakin menarik dan sulit di tebak karena ternyata Ruly naksir Denise. Teman kuliahnya yang sekarang sudah menjadi istri orang lain. Keara menyadarinya, dan karena hal tersebutlah Keara memutuskan menyimpan sendiri perasaannya. 
Aku rasa buku ini jauh lebih bagus daripada Critical Eleven. Sebuah kisah sederhana namun bisa dituliskan dan dikembangkan dengan sangat menarik oleh Ika. Endingnya pun cukup mengejutkan dan tidak bisa ditebak. Aku suka cara Ika menuliskan cerita ini karena terasa sangat membumi, sangat jujur, dan tidak bertele - tele. Semua percakapannya terasa sangat nyata seakan-akan karakter tersebut benar – benar ada. Buku ini sangat mudah dinikmati dan tanpa sadar kau sudah menghabiskan separuh isi buku. You know, when you try to write your own novel, you see things differently. Sepenggal kalimat bisa memberikan aku cukup banyak informasi dan pengetahuan tentang bagaimana sebuah kisah seharusnya ditulis. Ika tidak repot – repot mendeskripsikan sebuah tempat atau fisik karakternya, ia lebih menghabiskan tulisannya dengan mendeskripsikan suasana hati si karakter yang mana sangat luar biasa. Meskipun ada aturan ‘don’t tell them, show them’ dalam menulis novel, kau tahu instead of writing ‘aku memasuki apartemennya.’ You can actually write ‘aku membuka pintu apartemennya dan aku langsung bisa melihat bahwa ruang keluarga dan dapurnya menyatu tanpa sekat.’ Yeah, Ika didn’t bother writing those descriptions, dia menyerahkan gambaran tersebut kepada imajinasi pembaca. Mungkin dia berasumsi pembaca sudah mengetahui gambaran setting novelnya sehingga ia tidak perlu repot – repot lagi menjelaskan. 

Ada satu bagian yang ketika aku baca, and then suddenly it hit me in the head. Aku sudah melupakannya sebenarnya namun kisah ini tiba – tiba mengingatkanku lagi. Sebuah adegan dimana ketika Keara dekat dengan salah satu cowok bernama Panji, demi bisa move on dari Ruly. 

Sudah tujuh minggu berlalu sejak aku pertama kali bertemu laki-laki satu ini di rumah Dinda waktu itu. And I’ve been loving this game we’re playing so far. Permainan flirting-flirting tolol di antara aku dan dia yang telah kami mainkan berkali-kali, mulai dari telepon-telepon nggak penting, BBM, sampai dinner dates – dan lunch dates dan breakfast dates. 

About seven years ago, I was pretty close with someone. Very, very close actually. Membaca bagian tersebut di buku ini dan tiba-tiba saja aku tersadar. It was just a game. I was the one who stupid enough to think that it was real. Those flirting, those phone calls. Meskipun sebenarnya aku yakin ia sendiri tidak sadar kalau ia sedang memainkan sebuah permainan. But I should have realize that it was not real. I’ve read The Game, haven’t I. Di buku ini Dinda memperingatkan Keara bahwa permainan yang ia lakukan dengan Panji sangat berbahaya dan akan membuat salah satu dari mereka terluka. Pada akhirnya Panji terbawa arus permainan dan jatuh cinta kepada Keara. Keara menyadarinya dan segera memutuskan hubungan dengan Panji yang dipenuhi dengan perdebatan dan pertengkaran selama setengah jam.
Keara mendekripsikannya sebagai berikut :
‘Untuk Panji, entah dia percaya atau tidak, this is just me who no longer can play the game he and I have been playing for the last ten months.’  

Well, just like Neil said in his book, don’t hate the player, hate the game

Kelanjutan cerita Keara-Ruly-Haris ini sebenarnya bisa ditemui di buku Critical Eleven. Yang mana untungnya aku sudah lupa. Kalau gak aku sudah di spoiler sejak awal membacanya. Ika Natassa ini ternyata seorang karyawan Bank Mandiri. It’s too bad I didn’t get a chance to meet her after all those years I spent in Bank Mandiri offices every working day. Buku selanjutnya, A Very Yuppy Wedding. Kalau aku tidak tergoda To Kill A Mockingbirdnya Harper Lee, karena sequelnya yang berjudul Go Set A Watchman dinobatkan sebagai buku fiksi terbaik oleh situs Goodreads. Aku juga masih mau membaca the last installment dari serial Heather Wells oleh Meg Cabot berjudul The Bride Who Wore Size 12. 


Antologi Rasa : by Ika Natassa Antologi Rasa : by Ika Natassa Reviewed by Steven on December 25, 2015 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.