Recent Posts

My Swiss Wish


Well, aku cukup beruntung bisa ikut jalan-jalan ke Swiss secara gratis (gak gratis full juga sih, nambah tiket pesawat dan visa doang) pada tahun 2011 kemarin. Honestly, I miss that adventure, Swiss adalah salah satu negara yang paling indah dan paling advance baik dari sisi teknologi maupun kebudayaan dibandingkan negara lain. Yah memang sih baru Korea negara yang dengan 4 musim yang aku kunjungi. Aku tidak pernah menyelesaikan ceritaku tentang perjalanan ku ke Swiss, aku sudah tidak terlalu ingat detailnya dan aku akan coba menuliskannya di sini seingatku saja just in case someday I got a chance to visit it again maka aku bisa sedikit bernostalgia membaca trip perjalananku 


Aku pergi ke Swiss pada awal Desember tahun 2011 bersama adikku, ya hanya kami berdua mencoba menjelajahi sendiri salah satu negara Eropa yang paling indah tersebut. Swiss terkenal dengan biaya hidup yang paling tinggi di antara seluruh negara Eropa lainnya sehingga membuat kami memutar sedikit otak untuk menghemat biaya. Aku ingat seorang temanku bercerita bahwa harga Burger King di Jerman seporsinya bisa sekitar IDR 300,000, dan mengingat Jerman adalah negara yang paling dekat dengan Swiss aku sudah mendapat gambaran mengenai biaya untuk makan di sana. Swiss menggunakan mata uang Swiss Franc atau biasa disebut CHF, kurs pada saat itu adalah 1 CHF = IDR 10,000 masih lebih murah dibandingkan USD PADA SAAT ITU. Meskipun masuk dalam negara Eropa, menurut info yang aku baca, beberapa tempat tidak menerima mata uang Euro, jadi untuk lebih aman aku memutuskan membawa uang langsung dalam mata uang Swiss. Swiss menggunakan visa Schengen dan bahasa utamanya adalah bahasa Jerman. Karena aku travel sendiri dan terus menerus melihat peta dan rute transportasi, maka cara yang paling mudah ketika ingin mencari stasiun/terminal adalah melihat tulisan Bahnhof . Aku ingat ketika aku ingin kembali ke hotel namun aku kesulitan mencari rute menuju hotelku, aku tinggal melihat rute transportasi umum dan mencari perhentian yang bertuliskan Bahnhof. Karena Bahnhof itu juga menjadi salah satu tempat transit dan berkumpulnya beberapa transportasi umum. 


Aku tinggal di Novotel di Zurich yang menurutku memiliki the best bed I ever had so far bahkan sampai saat ini dan lokasinya sangat dekat dengan airport namun sayangnya beberapa daerah tujuan kami cukup jauh dari Zurich. Aku pikir Luzern adalah pusatnya Swiss karena hampir setiap tempat yang kami kunjungi kami harus menuju Luzern terlebih dahulu dan perjalanan dari Zurich ke Luzern membutuhkan waktu sekitar 1 jam (kalau tidak salah ingat) menggunakan kereta. Jadi apabila aku akan kembali ke Swiss lagi aku akan memilih Luzern sebagai tempat tinggalku. Salah satu yang sangat buat aku amaze adalah transportasinya. Lupakan Korea, lupakan Singapore, transportasi di Swiss JAUHHHHH lebih advance dan bagus dari kedua negara tersebut. Selama aku di sana, aku menaiki tramp, kereta dan bus, namun kebanyakan sih kereta dan tramp. Swiss menyediakan tiket transportasi terusan bernama Swiss Pass, jadi dengan tiket tersebut kita bisa menaiki hampir seluruh transportasi yang ada di Swiss termasuk juga kapal kalau ingin menyebrang, dan juga terkadang bisa dapat diskon ataupun gratis masuk museum. Karena pada waktu itu aku masih berumur di bawah 25 tahun maka aku masih bisa menggunakan harga Youth, yang mana kalau aku konversikan ke Rupiah, harga tiket terusan untuk 4 hari adalah IDR 2,500,000 per orang. Jadi aku sudah menghabiskan 5,000,000 untuk aku dan adikku hanya untuk transportasi saja pada saat itu. 

There is no portal


Swiss Transportation is the best

Hal yang buat aku takjub adalah sistem transportasinya, bayangkan jika kita ingin naik MRT di Singapore maka kita akan masuk ke dalam stasiun dan tapping di portal untuk membuka gatenya, atau ketika naik bus kita menunggu di halte bus dan ketika bus datang kita tapping di pintu bus setelah naik. Namun hal itu tidak ada di Swiss, Swiss tidak memiliki portal untuk mengecek apakah kita sudah memiliki tiket atau tidak, ketika aku menunggu di halte Tramp, dan Tramp datang kemudian aku masuk ke dalam namun di dalam tidak ada petugas ataupun alat untuk tapping. Lagipula tiket terusan yang aku pegang bentuknya lebih meyerupai brosur bukan kartu, jadi tidak bisa dijadikan sebagai tapping. Di Halte tramp disediakan mesin untuk membeli tiket, jadi tinggal masukan uang dan pilih tempat tujuan maka tiket berupa kertas akan keluar, namun setelah itu ya sudah, karena di dalam tramp tidak ada petugas maka kita tidak menunjukan tiket tersebut kepada siapapun. Hal tersebut pun terjadi ketika aku naik kereta, namun terkadang di kereta masih ada petugas yang mengecek tiket, bayangkan film Harry Potter dan salah satu petugas mendatangi masing-masing penumpang dengan berkata "Ticket, please!" dan ketika kita memberikan tiket petugas tersebut akan menandai dengan cekrekan. Namun pengecekan itupun bersifat random jadi bisa saja ketika petugas sedang melakukan cek namun kita berada di gerbong yang cukup jauh dari si petugas dan sudah keburu turun sebelum petugas mengecek kami. Jadi intinya kita bisa saja naik transportasi di Swiss dengan tidak membayar, tidak ada yang tahu, tidak ada yang cek. Namun inilah satu hal yang bikin aku takjub juga, orang-orangnya pada tahu diri. Meskipun mereka melihat tramp atau kereta akan segera berangkat mereka berlari ke arah halte dan buru-buru membeli tiket dari mesin dan baru naik. Bayangkan kalau di Indonesia, aku yakin semua orang akan pura-pura bego dan langsung naik tanpa membeli tiket terlebih dahulu. 

At the train station
Kereta memiliki 2 tipe kelas, kelas A dan kelas B dimana kelas A lebih mahal dibangingkan kelas B, tiket terusan yang aku miliki adalah kelas B dan aku pernah salah duduk pada waktu itu dan diminta pindah ke kelas B. Katanya sih perbedaan kelas A dan kelas B hanya pada viewnya saja meskipun aku sendiri tidak mengerti perbedaannya dimana, terkadang kelas B ada di lantai 2 dan kelas A di lantai 1 pada sisi yang sama, jadi sebenarnya view yang dilihat ya sama aja. Transportasi di Swiss sangat sangatlah nyaman, perjalanan jauh pun jadi tidak terlalu terasa beberapa orang bahkan terlihat membawa sepeda (benar-benar sepeda, bukan sepeda lipat) dan terkadang anjing ke dalam kereta ataupun bus. Selain itu transportasi di sana sangat informatif dan selalu on time, contohnya di setiap halte akan disediakan monitor dengan hitungan mundur berapa lama lagi sebuah tramp akan datang dan biasanya jeda antar Tramp hanya sekitar 3 menit saja. 
The 200,000 black pepper beef

Mengenai biaya makan aku melakukan sedikit trik yang sebenarnya sedikit lucu dan memalukan. Pada intinya untuk makan siang aku memanfaatkan buffet yang aku dapatkan saat sarapan di hotel, jadi ketika sarapan aku menyisihkan beberapa makanan yang aku ambil untuk dimasukan ke dalam tupperware yang aku bawa dari rumah, agar tidak terlihat terlalu mencolok tupperware itu aku taruh di dalam tas dalam keadaan terbuka dan aku sengaja memilih tempat duduk yang agak dipojok. Sayangnya menu yang disediakan oleh Novotel tidak terlalu banyak dan setiap hari selalu sama, jadi mau tidak mau aku mulai sedikit bosan makan itu itu terus. Untuk makan malam aku sudah membawa mie instant Shin Ramyun dari Indonesia, jadi aku tinggal menghangatkan air yang aku ambil dari air keran wastafel di hotel dan makan. Jadi kami baru makan malam ketika sudah kembali ke hotel. Sebenarnya kita juga bisa membeli beberapa makanan cepat saji di supermarket seperti sandwich dll, aku pernah mencobanya sekali namun rasanya tidak enak dan tawar sekali. Di hari terakhir karena kami sudah cukup bosan makan makanan yang sama terus menerus dan kangen makan nasi maka kami membeli chinese food di kedai Asian food di sebuah stasiun. Aku ingat penjaga kedai itu adalah seorang ibu chinese paruh baya berusia sekitar 50an tahun dan berbicara dalam bahasa Inggris yang cukup sulit didengar, ketika aku memesan makanan dan dia bertanya “small or big” yang kedengaran oleh ku hanyalah “mo big” aku dan adikku saling lihat-lihatan menduga-duga apa yang ditanyakan oleh ibu ini sampai adikku langsung sadar yang dimaksud oleh ibu itu adalah small or big untuk ukuran makanan yang kita pesan. Untuk memesan satu porsi sapi lada hitam dan nasi ukuran small aku membayar seharga sekitar 20 CHF atau IDR 200,000 kalau di kurskan. Mungkin ini adalah sapi lada hitam termahal yang pernah aku makan. 

At Engelberg

From Luzern you can go to Titlis on the far left or to Interlaken on the far right

Swiss memiliki banyak gunung, salah satu gunung yang terkenal adalah Mount Titlis, apabila kita mengikuti tour Eropa dan hanya memiliki 1 hari di Swiss, pasti tour tersebut akan membawa kita ke Mount Titlis. Mount Titlis terkenal karena memiliki salju abadi, tidak peduli musim apapun itu gunung tersebut akan selalu bersalju. Untuk menuju Mount Titlis kita harus menuju desa Engelberg terlebih dahulu, perjalanannya sendiri dari Zurich bisa memakan waktu 3 jam menggunakan kereta, setelah sampai di Engelberg maka kita harus menaiki cable car untuk sampai ke puncak Mount Titlis. Sayangnya saat itu aku pergi pada musim dingin, jadi bayangkan sebuah gunung yang terus menerus bersalju + musim dingin bersalju = badai. Karena adanya badai cable car tidak beroperasi hari itu dan membuat para pengunjung termasuk kami kecewa. Namun kami memutuskan untuk berkeliling desa Engelberg dan menikmati pemandangan kawasan tersebut. 

Beberapa destinasi yang menurutku layak dikunjungi adalah : 
1. Jungfraujoch. Aku tidak sempat ke sini karena letaknya yang sangat jauh, butuh waktu 4 jam untuk sampai kesana dan 4 jam lagi untuk kembali, dan karena namanya yang dikenal sebagai Top of Europe dan dikenal sebagai daerah tertinggi di Eropa membuatku berasumsi kita harus naik cable car lagi dan aku tidak mau mengambil resiko sudah jauh-jauh ke sana dan ternyata cable car tidak beroperasi lagi. Konon katanya kita bisa melihat pemandangan negara-negara Eropa lainnya dari tempat itu. Ini menjadi salah satu wishlist destinasi ku apabila aku kembali ke sana.


2. Lion Monument. Monumen ini berbentuk patung singa yang tewas ditusuk oleh beberapa tombak. Patung ini idirikan pada tahun 1821 untuk mengenang pembantaian pasukan Swiss (Swiss guard) sewaktu revolusi Prancis. Lebih dari 600 pasukan dibantai meskipun mereka sudah menyatakan menyerah dan 200 orang lagi pada akhirnya meninggal ketika di penjara. Mark Twain mengutip monumen tersebut sebagai “the most mournful and moving piece of stone in the world” 


3. Interlaken. Interlaken dibagi dua bagian, east dan west, adalah salah satu lokasi yang paling tepat untuk berbelanja souvenir dan jam tangan. Lokasinya cukup jauh dari Zurich dan karena pada saat kami kesana sedang turun salju jadi kami memutuskan menghabiskan waktu cukup lama di sana menikmati lokasi tersebut dan menikmati salju yang baru pertama kali kami lihat. Kami berjalan dari East ke West dan kembali lagi ke East sambil memasuki beberapa toko di sepanjang jalan tersebut.

Kapellbrucke

The painting

4. Kapellbrucke (Chapel Bridge). Kapellbrucke adalah sebuah jembatan yang dibangun pada abad ke-14. Jembatan ini berfungsi sebagai benteng dan juga bagian pertahan kota Luzern. Jembatan ini awalnya panjangnya 285 meter namun semakin diperpendek beberapa kali pada abad ke-19. Di jembatan ini terdapat pula sebuah Water Tower yang berfungsi sebagai arsip dan tempat penyimpanan. Jembatan ini juga dihiasi oleh lukisan dari abad ke-17 dengan kanvas berbentuk segitiga yang dilukis dengan gaya Renaissance oleh Hans Heinrich Wagmann. Lukisan ini menggambarkan pembangunan kota Luzern dan juga menggambarkan kehidupan dan penderitaan dari dua santa kota , St. Leodegar dan St. Mauritius. Pada tanggal 17 Agustus 1993 terjadi kebakaran pada jembatan ini dan membakar 81 dari 111 lukisan. Pada akhirnya hanya sebagian yang bisa diperbaiki secara utuh dan membuat walikota setempat bersama dengan beberapa anggota federal dan cantonal menyetujui urutan terbaru dari lukisan tersebut.

The Rhein Falls

Selain itu Swiss juga memiliki 2 lokasi air terjun yang terkenal. Rhein Falls dan Rheichenbach Falls. Kedua namanya mirip namun letaknya berjauhan. Aku sendiri hanya pernah ke Rhein Falls. Rhein Falls adalah air terjun terbesar di Eropa, dan menjadi salah satu destinasi wisata bagi turis ketika berkunjung ke Swiss. Di air terjun tersebut juga terdapat istana bernama Worth Castle. Di sini juga disediakan boat trip untuk mendekati air terjun tersebut. Lokasinya sebenarnya cukup mudah di jangkau namun sedikit membingungkan, untungnya sewaktu kami di bus ada seorang pria yang dengan inisiatifnya mengingatkan kami ketika bus sedang berhenti di satu terminal bahwa kami bisa turun di terminal ini untuk mengunjungi air terjun tersebut, kalau tidak dikasih tau mungkin kami sudah nyasar. Sedangkan Rheichenbach Falls adalah salah satu lokasi di mana menjadi setting kematian Sherlock Holmes di novelnya, Holmes berduel dengan Moriarty dan pada akhirnya keduanya jatuh di air terjun tersebut. Mungkin kita bisa melihatnya di film Sherlock Holmes kedua yang diperankan oleh Robert Downey Jr. Tempat ini menjadi salah satu wishlist ku apabila aku kembali ke Swiss. 

Ke Swiss sepertinya kurang lengkap kalau tidak membeli jam tangan. Swiss adalah Negara dengan produksi jam tangan yang paling terkenal di dunia, namun ternyata hampir seluruh produksi jam tangan Swiss diproduksi di China, mereka hanya mendesain bentuknya saja dan kemudian seluruhnya dilempar ke China untuk di produksi. Di sini juga lah pertama kalinya aku melihat jam tangan seharga 75 juta. Selain jam tangan, Swiss juga terkenal dengan produk cokelatnya. Lindt dan Frey adalah cokelat yang di produksi Swiss. Menurut info yang ku baca sih kualitas cokelat Frey adalah kualitas nomor satu dan Lindt nomor dua. Namun meskipun begitu Lindt jauh lebih popular karena lebih mudah ditemukan di berbagai supermarket dibandingkan Frey. Cokelat Lindt yang seharga IDR 60,000 di Indonesia, hanya IDR 10,000 saja di Swiss untuk ukuran dan jenis yang sama. Aku sih ngeborong cukup banyak tapi setelah pulang ternyata aku sadar aku kurang banyak membelinya. Ini sangat cocok dijadikan oleh-oleh dan sangat mudah ditemui dimanapun. Oh ya, bagi yang belum tau, markas FIFA pun ada di Swiss, kalau tidak salah di Geneva, seandainya aku masih ada waktu mungkin aku akan berkunjung ke sana. Tempat itu sering dijadikan tempat drawing untuk turnamen besar seperti Liga Champions atau Piala Dunia. 

Okay, Swiss is like the most amazing country I have ever visited so far. Aku masih cukup kagum dan aku berjanji pada diriku sendiri bahwa suatu hari aku pasti akan kembali lagi ke sana.
My Swiss Wish My Swiss Wish Reviewed by Steven on September 04, 2015 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.