Recent Posts

It’s Not Always About Money, But It’s Also About...



Semakin dekat dengan hari H membuat aku kembali merefleksikan dan melihat hal-hal dalam kehidupan ku ke belakang. Hal-hal apa saja yang ingin aku lakukan karena bagiku single life and married life are a two different life. Ketika kita menikah, maka that’s the end of our single life and we start a new chapter. Aku tidak bilang bahwa kehidupan setelah menikah itu lebih buruk dari kehidupan single, aku hanya berpikir bahwa kehidupan tersebut akan berbeda karena seakan-akan sudah ada templatenya dan tidak bisa sebebas dulu lagi. Maka dari itu aku kembali mencoba melihat kehidupanku ke belakang mengenai apa saja sih yang sudah kulakukan dan apa yang akan aku lakukan berikutnya dan apakah aku sudah cukup puas dengan kehidupanku sekarang 

Satu hal yang aku sesali dalam kehidupanku adalah aku tidak merasakan mendapatkan arahan mengenai apa yang harus aku lakukan, who I want myself to be, apa sih yang aku suka lakukan. Dan aku baru menyadarinya cukup terlambat. Terus terang it just hit my head recently. Ketika aku melihat dan mengamati berbagai macam orang dan keinginan orang-orang tersebut maka dapat aku simpulkan bahwa kebanyakan orang bertujuan akhir kepada satu hal yaitu UANG. Setiap orang berlomba-lomba untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, berbagai tawaran untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya tersebar di sekitar kita. Aku pun beberapa kali mendapat tawaran tersebut dengan iming-iming uang. Sebagai contohnya adalah ketika aku mendapat penjelasan seputar dunia sales asuransi dengan benefit-benefit yang ditawarkan, ataupun program MLM yang mencoba mengiming-iming dengan benefit dan kemewahan yang bisa didapatkan. Tapi entah kenapa I always feel that there is something missing. Aku menyimpulkan bahwa memang dengan banyaknya uang kita dapat meningkatkan standard kehidupan kita, dapat hidup lebih nyaman dan lebih enak. Namun entah kenapa aku selalu merasa bahwa that’s not what I want. Sure I need money, but how much do I need it? I think no matter how much money you have, it will always never be enough. 

So that’s bring me to the next question of what exactly that I want more than money. Aku tidak mau menjadikan uang sebagai tujuan, tapi lebih sebagai alat untuk mencapai tujuan. Memang dengan memiliki banyak uang kita bisa membeli barang apapun yang kita inginkan, mungkin bisa berwisata kemanapun kita inginkan, namun hal tersebut sifatnya hanya sementara, ketika kita membeli sesuatu yang kita inginkan memang kita akan merasa puas dan senang, namun berapa lama sih perasaan tersebut bertahan sebelum akhirnya kita membeli barang lagi dan lagi. Aku ingin sesuatu yang lebih dari itu. Kemudian aku mencoba melihat dan mulai memperhatikan beberapa publik figure, aku mencoba mencari inspirasi dengan mempelajari perjalanan kehidupan mereka. 

Dan tiba-tiba saja aku menemukannya. 

Aku ingin berkarya, menciptakan suatu karya yang bisa dinikmati dan menginspirasi orang banyak dan memberikan pengaruh dalam kehidupan orang-orang tersebut. Karya itu bisa berupa apa saja, aku memperhatikan mulai dari tokoh-tokoh seperti Steve Jobs dengan Applenya, atau Mark Zuckerberg dengan Facebooknya atau Square Enix dengan game-gamenya, Meg Cabot atau JK Rowling dengan novel-novelnya, Robert Kiyosaki dengan pelajaran-pelajarannya seputar financing, Gordon Ramsay atau Jamie Oliver dengan masakan-masakannya, Aaron Sorkin dengan film-filmnya yang penuh makna, sampai yang paling populer baru-baru ini yaitu Nadiem Makarim dengan Gojeknya. Mereka semua meskipun berasal dari berbagai latar dan industri yang berbeda-beda namun mereka memiliki satu kesamaan, yaitu mereka menciptakan suatu karya yang dinikmati orang banyak dan memberikan pengaruh dalam kehidupan orang-orang tersebut. The way you touch and inspire people’s life is more meanigful and more satisfying rather than just having a lot of money. 

Aku ingat perasan tersebut ketika aku masih mengerjakan skripsi game ku, melihat orang-orang mencoba memainkan game ku dan menikmatinya adalah perasaan kepuasan yang jauh lebih nikmat dibandingkan ketika kita baru membeli barang yang kita inginkan. Sesungguhnya kalau dipikir-pikir lagi, hal ini sudah aku lakukan sejak aku masih kecil. Aku ingat ketika aku masih SD, aku membuat komik menggunakan buku tulis dengan guru sekolah yang aku benci menjadi tokoh penjahatnya. Ketika SMP dan SMA aku mulai suka menggambar tokoh-tokoh komik dan membuat video-video dokumenter perpisahan di antara teman-teman SMA ku, aku bahkan pernah mencoba menulis sebuah novel. Ketika kuliah aku bergabung dengan organisasi kemahasiswaan dan menjadi salah satu anggota tim yang kerjaannya membuat animasi, lalu aku juga membuat game untuk skripsi dan trailernya. Dan sekarang aku memasak, baik itu sekadar untuk makan sehari-hari sampai membuat kue dan desserts. Dan aku menikmati setiap prosesnya. Mungkin aku sudah cukup terlambat baru menyadari hal ini sekarang, namun aku tetap bersyukur bahwa aku menyadarinya sehingga aku bisa menjalani kehidupanku sekarang dengan terus berkarya terutama untuk kepuasan diriku sendiri dan tidak hanya berorientasi pada mencari uang sebanyak-banyaknya.
It’s Not Always About Money, But It’s Also About... It’s Not Always About Money, But It’s Also About... Reviewed by Steven on September 29, 2015 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.